
Di dunia ini banyak manusia aneh.
Itu yang kakakku dulu pernah bilang. Dia bilang gitu karena aku takjub waktu ngeliat video-video aneh yang ada di laptopnya. Beneran deh, banyak manusia aneh di dunia ini. Ada orang yang bisa menghipnotis lalat (lalatnya jadi mau disuruh muter-muter bola pake kaki mereka dengan posisi badan terbalik, kayak sirkus aja), ada orang yang punya tangan super cepat (saking cepatnya gerakan tangannya sampai ga keliatan waktu dia nyusun gelas-gelas jadi tumpukan-tumpukan yang rapi), dan lain-lain. Dia juga bilang gitu waktu aku dengar cerita pengalamannya waktu di Amerika, dia bilang ada salah satu temannya yang keturunan Indian asli, yang bisa baca pikiran orang. Awalnya dia ga percaya, tapi setelah kakakku coba langsung, ternyata cowo Indian itu beneran tahu apa yang ada di pikirannya waktu itu!
Aku sendiri ngerasa cukup banyak mengenal orang-orang yang aneh. Malah ada yang bilang aku ini magnet orang-orang aneh, karena dia pikir aku sering dikelilingi orang-orang yang aneh.
Well, sebenarnya orang-orang di sekitarku ga terlalu aneh. Ga satupun dari mereka bisa menghipnotis binatang, dan ga juga bisa baca pikiran. Aku ga punya teman-teman dengan kemampuan aneh bin ajaib seperti itu. Terus, kenapa teman-temanku disebut aneh?
Kepribadian mereka yang “agak berbeda” dari orang-orang kebanyakan.
Aku kenal orang-orang yang ngerasa berada di tubuh yang salah, masochist, schizo, sampai yang punya orientasi seksual yang ga seperti orang lain (dan anehnya aku kenal banyak orang jenis ini).
Temanku yang masochist, dia “hobi” ngiris pergelangan tangannya sendiri, terutama kalau dia lagi kalut. Dia baru bisa merasa kalau dia benar-benar hidup waktu darah keluar dari kulitnya. Tanpa ngelakuin itu tiap hari, dia merasa mati, kosong, dan ga ada di dunia. Dia juga ngelakuin itu waktu dia lagi punya masalah berat atau sakit hati. Karena dia bilang, rasa sakit yang dia rasakan di tangannya jauh lebih “menyenangkan” daripada sakit hati yang dia rasakan. Mungkin sebenarnya dia bukan masochist, tapi penderita Borderline Personality Syndrom, tapi aku ga yakin itu (aku ga ahli psikologi). Dia sendiri ngerasa dirinya normal.
“I’m not sick, I’m just a little different. Maybe.”
Walaupun aku memohon-mohon biar dia ga nyakitin dirinya sendiri lagi, dia ga bisa berhenti. Ada dorongan kuat dari dalam dirinya yang ga bisa mencegah itu.
Sahabatku yang schizo, dia salah satu sahabat yang paling kusayang sedunia. Dari luar, ga akan ada yang tahu kalau dia “sakit”. Dia kelihatan seperti orang-orang lain. Dia bicara, makan, dan bekerja seperti orang-orang lain.
Satu hal yang kecil yang berbeda dari dia yang mungkin disadari orang-orang di sekitarnya, dia workaholic. Dia bisa kerja seminggu penuh dengan total jam tidur cuma 5 jam atau bahkan ga tidur sama sekali. Dia kerja seperti robot. Orang-orang mungkin berpikir kalau dia memang pekerja keras, apalagi bidang kerjanya di Arsitektur bikin dia harus disiplin sama waktu.
Tapi ada sesuatu di balik itu yang ga dia bilang ke orang-orang. Setiap hari dia harus berhadapan sama “orang-orang”, “hal-hal”, dan “suara-suara” yang ga disadari orang lain, tapi selalu ada di sekitarnya, 24 jam penuh. Dia perlu mengalihkan pikirannya sendiri dari semua itu, makanya dia bener-bener berusaha menyibukkan diri. Dan kenapa dia amat sangat jarang tidur? Pertama, dari kecil memang dia punya kecenderungan insomnia (the same thing that I have). Yang kedua, dia takut tidur. Kalau dia tidur, dia bakal ketemu sama “dirinya” yang lain. Dan dia ga pernah bisa “menang” dari dirinya yang lain itu. Dia takut ga bisa bangun lagi begitu dia tidur.
Makanya, sering banget dia kerja gila-gilaan tanpa tidur seminggu penuh, sampai akhirnya beberapa bulan yang lalu dia collapse dan masuk rumah sakit. Sekarang dia diwajibin minum obat tidur setiap 3 hari sekali sama dokternya, ga peduli sesibuk apa pun dia waktu itu.
Yang terakhir, teman-temanku yang punya orientasi seksual yang berbeda, baik gay maupun lesbian.
Orang-orang lain mungkin nganggap mereka menjijikan, tapi buatku mereka sama seperti manusia lain, cuma ”sedikit berbeda”. Dan sedikit complicated.
Dulu aku cuma tahu tentang itu dari film-film, dan aku ga pernah terlalu mikirin soal hal itu. Tapi setelah aku kenal langsung sama orang-orang seperti itu, bahkan jadi sahabat mereka, aku jadi sadar, menjadi berbeda itu ga mudah. Sama sekali ga mudah.
Mereka ga pernah bisa bener-bener jadi diri mereka. Mereka terus nyembunyiin hal itu, bahkan dari sahabat terdekat mereka. Waktu akhirnya mereka jujur, aku tanya ”Kenapa ga bilang dari dulu?”
”Karena aku ga mau kamu menjauhi aku.”
Alasan yang simple, tapi aku bener-bener tertohok waktu dengar jawaban itu.
Padahal mestinya mereka tahu, se”berbeda” apa pun mereka dari orang lain, aku ga akan jauhi mereka.
Tapi begitulah, semua orang yang ”berbeda” pasti punya ketakutan seperti itu. Ga semua orang berpikiran terbuka. Dan ga semua orang bisa menerima perbedaan.
Dan akhir-akhir ini, aku sedikit (sebenarnya sangat) muak sama orang-orang yang ga bisa menerima perbedaan kayak gitu. Begitu tahu ada orang yang sedikit berbeda, mereka langsung menjauh, melabeli mereka seenaknya seolah-olah mereka itu bukan manusia, seolah-olah mereka itu noda yang ga boleh ada, yang mestinya disingkirkan.
Apa sih definisi normal?
Orang-orang cenderung menganggap apa yang disebut normal itu adalah apa yang dianut mayoritas.
Lalu yang minoritas dianggap apa? Sampah?
Kakakku dari kecil sering bilang ke aku, ”Kalau kamu mau orang lain percaya sama kamu, kamu harus bisa percaya orang lain.”
Seandainya semua orang punya prinsip seperti itu, mestinya hidup kita damai-damai aja. Ga perlu lah kita menghina atau ngomong jelek soal mereka yang dengar hal-hal yang ga didengar orang lain, atau yang suka sama jenisnya sendiri. Mereka toh ga menyakiti siapa pun.
Dalam hati aku mikir, mungkin justru karena kita sendiri orang-orang yang berbeda itu jadi semakin ”parah”. Seandainya kita menerima mereka dengan tangan terbuka dan berempati, mereka ga perlu merasa buruk, kotor, dan ngerasain sakit dari kata-kata tajam dan tatapan-tatapan merendahkan yang dihadiahkan ke mereka.
Semua orang memang punya pendapatnya sendiri-sendiri. Dan hak setiap orang juga buat nentuin apa yang mau mereka lakukan.
Tapi, semua orang juga punya hak untuk menjadi diri mereka sendiri kan?
Semoga kita semua bisa jadi orang yang bijaksana dalam memandang hidup.
very cool article, Imouto!!
ReplyDeleteI like your thought, I also feel the same thing: why majority of society can't accept others with "odd" personality with open mind & humble respect?
it's certainly true, being different is not easy....